Senin, 06 Januari 2014

Cara Memanejemen Emosi

Ada Beberapa Cara Memanegement Emosi yaitu:
v  Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
Orang yang jauh dari Tuhannya maka akan semakin mudah diperbudak oleh emosi-emosi negatife. Dan tidak mengenali emosi positif yang ada dalam dirinya.
v  Rasakan Yang Orang Lain Rasakan
Cobalah bayangkan apabila kita marah kepada orang lain. Nah, sekarang tukar posisi di mana kita menjadi korban yang dimarahi. Bagaimana kira-kira rasanya dimarahi. Kalau kemarahan sifatnya mendidik dan membangun mungkin ada manfaatnya, namun jika marah membabi buta tentu jelas kita akan merasakan akibat negatifnya sendiri.
v  Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman
Jika sedang marah alihkan perhatian kita pada sesuatu yang kita sukai dan lupakan segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi kita. Jika emosi agak memuncak mungkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.
v  Mencari Kesibukan Yang Disukai
Untuk melupakan kejadian atau sesuatu yang membuat emosi kemarahan kita memuncak kita butuh sesuatu yang mengalihkan amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi. Seperti mendengarkan musik, main ps, bermain gitar atau alat musik lainnya, membaca buku, chating, menulis artikel, nonton film box office, dan lain sebagainya. Hindari perbuatan bodoh seperti merokok, penggunaan narkoba, dan lain sebagainya.
v  Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain Yang Bisa Dipercaya
Menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita mungkin dapat sedikit banyak membantu mengurangi beban yang ada di hati. Jangan curhat pada orang yang tidak kita percayai untuk mencegah curhatan pribadi kita disebar kepada orang lain yang tidak kita inginkan. Bercurhatlah pada sahabat, pacar/kekasih, isteri, suami, orang tua, saudara, kakek, nenek, paman, bibi, dan lain sebagainya.
v  Mencari Penyebab dan Mencari Solusi
Ketika pikiran kita mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Untuk memudahkan gunakan secarik kertas kosong dan sebatang pulpen untuk menulis daftar masalah yang anda hadapi dan apa saja kira-kira jalan keluar atau solusi masalah tersebut. Pilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan mengurangi beban pikiran anda.
v  Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada
Ketika rasa marah menyelimuti diri dan kita sadar sedang diliputi amarah maka bersikaplah masa bodoh dengan kemarahan kita. Ubah rasa marah menjadi sesuatu yang tidak penting. Misalnya dalam hati berkata: ya sudahlah…. sama yang kayak begini aja kok bisa marah, nggak penting banget sich...
v   Berpikir Rasional Sebelum Bertindak
Sebelum marah kepada orang lain cobalah kita memikirkan dulu apakah dengan masalah tersebut kita layak marah pada suatu tingkat kemarahan. Terkadang ada orang yang karena dilihat oleh orang lain jadi marah dan langsung menegur dengan kasar mengajak ribut/ bertengkar. Masalah sepele jangan dibesar-besarkan dan masalah yang besar jangan disepelekan.
v  Fokus pada Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup
Semakin banyak cita-cita dan impian hidup kita maka semakin banyak hal yang perlu kita raih dan kejar mulai saat ini. Tetapkan impian dan angan hidup kita setinggi mungkin namun dapat dicapai apabila dilakukan dengan serius dan kerja keras. Hal tersebut akan membuat hal-hal sepele tidak akan menjadi penting karena anda terlalu sibuk dengan rajutan benang masa depan anda. Mengikuti nafsu marah berarti membuang-buang waktu kita yang berharga.

v  Jangan mau diperbudak amarah

Orang yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik. Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup kita adalah yang paling penting. 

KRITERIA ATAU CIRI TES YANG BAIK




PEMBAHASAN

A.Validitas
Di dalam buku Encyclopedia of Education yanaag di tulis oleh Scarvia B.Anderson dan kawan-kawan disebutkan: A test is valid if it measures what it perpose to measure, artinya sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Dalam bahasa indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih” (Suharsimi Arikunto,2003:65)
Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan kenyataan.Sebagai contoh, informasi tentang seorang bernama Adi menyebutkan bahwa si A pendek kerena tingginya tidak lebih dari 140 sentimeter.Data tentang si Adi dikatakan valid apabila memang sesuai dengan kenyataan, yakni bahwa tinggi Adi kurang dari 140 sentimeter.Contoh lain, data Budi yang diperoleh  dari cerita orang lain menunjukkan bahwa ia pembohong. Bukti bahwa si Budi pembohong diperoleh dari kenyataan bahwa si Budi sering berbicara tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian maka data tentang Budi tersebut valid dan cerita orang tersebut benar.
Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya.
Cara yang digunakan untuk mengetahui validitas alat ukur yaitu menggunakan teknik korelasi product moment yang digunakan oleh pearson.Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:
1.Korelasi product moment dengan simpangan
            
2.Korelasi product moment dengan angka kasar
       
B.Daya Beda
            Daya beda atau pembeda adalah kemampuan sesuatu untuk membedakan antara data A dengan data B. Misalnya data A siswa yang pandai ( berkemampuan tinggi), dan data B siswa yang bodoh (berkemanpuan rendah). Daya pembeda bertujuan untuk membedakan antara siswa yang pandai dangan siswa yang bodoh.
            Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00.indeks beda memiliki tiga titik yaitu:
                     -1.00                                           0,00                                              1.00
daya pembeda negatif
daya pembeda rendah
daya pembeda tinggi(positif
           
            Bagi sautu tes atau soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik kerena tidak mempunyai daya beda.Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak menjawab dengan benar.soal tersebut tidak baik juga kerena tidak mempunyai daya pembeda.Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.


C.Reliabilitas
            Kata reliabilitas dalam bahasa indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggis, berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya.
            Tes dikatakan dapat dipercaya  (reliabel) jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali.Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menujukkan ketetapan.Dengan kata lain, jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan( rangking) yang sama dalam kelompoknya.tes yang menunjukkan ketetapan maka tes tersebut dapat dipercaya.Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
            Jika validitas terkait dengan ketetapan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali.Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan.
D.Objektivitas
           Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi.Lawan kata dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang memperngaruhi.Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melakukan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
E.Standarisasi
            Tes terstandart adalah tes yang telah dicobakan berkali-kali sehingga dapat di jamin kebaikannya.Di negara-negara berkembang  biasa tersedia tes semacam ini, dan di kenal dangan nama standardizedn test.sebuah tes terstandart biasanya memiliki identitas antara lain: sudah dicobakan berapa kali dan di mana, berapa koefisien validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembeda,  dan lain-lain keterangan yang dianggap perlu.






 Nurkancana dalam Ahmad hamid(2009:124) mengemukakan bahwa baik buruknya suatu tes atau alat ukur dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1.      Validitas
2.      Reliabilitas
3.      Tingkat kesukaran
4.      Daya beda
Dalam buku karangan Ahmad Hamid mengemukakan kriteria alat ukur atau tes yang baik yaitu :
A.Validitas
            Validitas atau kesahihan suatu instrumen dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan dalam fungsinya sebagai alat ukur atau tes.Alat tes dikatakan valid bila benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan pengukuran.Azwar dalam Ahmad Hamid(2009:125) mengemukakan bahwa “ valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya suatu tes tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat”.
B.Daya Pembeda
            Daya pembeda(daya diskriminasi) dari suatu alat tes merupakan kemampuan alat ukur untuk membedakan antara siswa yang belum mampu dengan siswa yang sudah mampu.Dalam hal ini Azwar mengemukakan bahwa “Daya diskriminasi item adalah kemampuan item dalam membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi(diwakili oleh mereka yang termasuk kelompopk tinggi) dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah(diwakili oleh meraka yang termasuk dalam kelompok rendah).Sudijono mengemukakan “daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya indeks diskriminasi item.”
C.Reliabilitas
            Reliabilitas dapat diartikan sebagai tingkat kepercayaan atau keterandalan.Azwar mengemukakan bahwa Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.

 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto suharsimi.2003.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara
Hamid ahmad.2009.Evaluasi Pengajaran.Banda Aceh:Syiah Kuala University Press

Sabtu, 04 Januari 2014

RPLBK/SATUAN LAYANAN

RANCANGAN PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

Satuan Pendidikan                 : SMA AMZA FOUNDATION
Kelas/ Semester                     : I/XII  
Alokasi Waktu                       : 1 x 45 menit
Tugas perkembangan             :Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang  pendidikan lanjutan


A
Topik Permasalahan
Pilihan pendidikan Lanjutan(Perguruan Tinggi)
B
Kompetensi Dasar
Memiliki Pemahaman tentang pilihan pendidikan lanjutan
C
Bidang bimbingan
Karir
D
Jenis layanan
Layanan Informasi
E
Format Layanan
Klasikal
F
Fungsi Layanan
Pemahaman,Pencegahan dan Pengembangan
G
Tujuan Layanan
Tujuan informasi pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi:
1. Peserta didik mengetahui tentang pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi(jenis pendiddikan lanjutan)
2. Peserta didik memahami pentingnya pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi
3. Mengetahui fakultas dan jurusan/prodi yang ada diperguruan tinggi
4. Peserta didik dapat membuat keputusan tentang pendidikan lanjutan yang akan di jalani.
H
Sasaran layanan
Siswa kelas XII
I
Uraian kegiatan
1.      Strategi penyajian/metode

Ceramah
Tanya jawab
2.      Materi
1.      Pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi
2.      Peranan pendidikan lanjutan
3.      Jenis-jenis pendiikan lanjutan dan perguruan tinggi
4.      Jurusan/prodi di perguruan tinggi
3.      Uraian materi
1.Pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi: Akper,Akbid,UNSYIAH,UIN IAIN UNMUHA,SERAMBI,Sekolah Tinggi Ilmu komputer,Menejemen,LP3AI.
2.   Jalur masuk pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi: USMU,SNMPTN,UMB.
3.    Waktu menempuh pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi: Akhir semester V,menjelang UN (Februari),Setelah UN,Sesuai Kebijakan Perguruan tinggi.
4.      Hal yang perlu dipersiapkan untuk menempuh pendidikan lanjutan:
a.tentukan cita-cita
b.pilih program studi dan perguruan tinggi yang sesuai cita-cita.


J
Kegiatan pelayanan
1.      Kegiatan awal/pendahuluan
·         Pembukaan 5 menit
·         Mengabsen peserta didik
·         Berdoa
·         Mengajukan pertanyaan kepada peserta didik
1.      Apakah peserta didik pernah memikirkan pendidikan lanjutan?
2.      Apakah peserta didik mengetahui prodi yang akan di ambil di perguruan tinggi?
2.      Kegiatan inti
Kegiatan inti dilakukan selama 30 menit :
Guru dan peserta didik tanya jawab mengenai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi
3.   Kegiatan akhir/ penutup
Kegiatan penutup dilakukan selama 10 menit:
·         Menyimpulkan materi yang telah disajikan
·         Bertanya/ memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
·         Penugasan

K
Tempat penyajian
Ruang kelas XII
L
Waktu
1 x 45 menit
M
Penyelenggara layanan
Guru BK
N
Pihak yang disertakan
-
O
Media dan bahan yang digunakan
Spidol, papan tulis, Laptop/ LCD
P
Penilaian
1.      Penilaian awal

2.      Penilaian proses


3.      Penilaian hasil
a.       Laiseg

b.      Laijapen

c.       Laijapang

·       Masih ada siswa yang seperti bingung terhadap pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi
·    Masih ada siswa yang kurang memperhatikan materi selama proses pemberian informasi berlangsung

·       Siswa memahami pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi.
·  Siswa dapat mempersiapkan dirinya untuk menempuh pendidikan lanjutan.
·    Siswa dapat menjalani pendidikan lanjutan di perguruan tinggi dengan jurusan yang sesuai dengan dirinya.

Rabu, 29 Mei 2013

BK KARIR : TEORI DONALD E SUPER

TEORI DONALD E SUPER


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Dalam kehidupan orang dewasa, bekerja merupakan suatu bidang yang sangat pokok yang mengisi sebagian besar waktunya, menuntut sebagian besar pikirannya, dan memenuhi sebagian besar perasaannya. Melalui pekerjaannya seseorang melayani kebutuhan masyarakat, mendapat imbalan untuk memenuhi kebutuhan ekonomisnya sendiri, menciptakan identitas sendiri, dan menumbuhkan harga diri. Selain itu, jabatan yang dipegang seseorang ikut menentukan pola kehidupannya sehari-hari dan lingkungan pergaulan sosialnya. Gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh jabatannya, termasuk kegiatannya dalam waktu senggang sebagai kelanjutan dari jabatannya atau sebagai kompensasi terhadap kekurangan-kekurangan yang dirasakannya dalam lingkup jabatannya. Makna pekerjaan dan jabatan dalam kehidupan orang dewasa semakin tampak, bilamana dia tidak memperoleh kepuasan pribadi dari pekerjaannya   karena kendala-kendala yang melekat pada dirinya sendiri atau hambatan-hambatan yang terdapat dalam lingkungan pekerjaannya. Orang itu merasa tidak bahagia dan bergumulan dengan rasa frustasi, yang akhirnya dapat mengancam kesehatan mentalnya.
Pertanyaan yang timbul ialah : dengan cara apa atau bagaiamana caranya seseorang akhirnya mengikat diri dan melibatkan diri dalam jabatan tertentu?. Jelaslah bahwa kegiatan-kegiatan orang dewasa berkaitan dengan jabatannya tidak lepas dari apa yang terjadi, apa yang dialami, dan apa yang dilakukan pada tahun-tahun sebelum memangku suatu jabatan tertentu. Dengan kata lain, memangku jabatan tertentu ada sejarah perkembangannya yang meliputi jangka waktu yang lama. Garis perkembangan ini dikenal dengan istilah career development, occupational development, vocational development, yang dalam bahasa Indonesia lazim disebut perkembangan jabatan atau perkembangan karier. Meskipun perkembangan orang dewasa yang sudah mantap berbicara tentang perkembangan jabatan, namun yang terutama disoroti disini adalah apa yang telah terjadi selama bertahun-tahun sebelum seseorang mengikatkan diri pada jabatan tertentu. Selama proses perkembangan jabatan seseorang memperoleh sejumlah keyakinan ,nilai, kebutuhan, kemampuan, keterampilan, minat, sifat kepribadian, pemahaman, dan pengetahuan yang semuanya berkaitan dengan jabatan yang akan dipangkunya.
 Proses itu bersifat individu dan merupakan gabungan dari faktor-faktor psikologi, sosiologis, kultural, geografis, pendidikan, fisik, ekonomi dan kesempatan yang terbuka, yang bersama-sama membentuk jabatan seseorang.
Perkembangan jabatan bercirikan perubahan. Ada dua macam perubahan, yakni perubahan yang terjadi dalam individu akibat pertambahan umur, perkembangan dalam berbagai aspek kepribadian dan pengalaman, serta perubahan yang terjadi di luar individu berupa perubahan kesempatan akibat kondisi ekonomi, sosial, dan budaya yang berubah. Semua perubahan ini mempengaruhi arah perkembangan minat, sikap, harapan, dan kemampuan, serta berperan dalam keputusan-keputusan yang diambil dan pilihan-pilihan yang dibuat berkaitan dengan jabatan. Proses perkembangan karier sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan perubahan, serta merupakan bagian penting dalam perencanaan hidup (life planning).

1.2 Tujuan
            Adapun tujuan makalah ini adalah :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan karier
2.      Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang menyangkut perkembangan karier seseorang.
3.      Untuk mengetahi isu-isu yang berhubungan dengan perkembangan karier.
4.      Untuk mengetahui pandangan Donald E. Super tentang perkembangan karier sseseorang.


1.3  Sasaran
Adapun sasaran penulisan makalah ini adalah ditujukan kepada para pelajar, umumnya di fokuskan pada siswa dan mahasiswa serta masyarakat umum dalam  dalam mempersiapkan kematangan dalam kariernya.


















BAB II
PERMASALAHAN
            Setiap orang umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bekerja serta berhasil dengan pekerjaan yang dijabatnya. Di dalam masyarakat secara luas terdapat berbagai jenis pekerjaan, tetapi pekerjaan-pekerjaan yang telah dijabatnya tidak semuanya memperoleh hasil serta membahagiakan sebagaimana yang menjadi tujuan hidupnya. Mungkin orang telah menjabat suatu pekerjaan  dan berhasil dalam pekerjaannya, tetapi tidak membahagiakan dirinya.
Karier seseorang bukanlah hanya sekedar pekerjaan apa yang  telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan atau jabatan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi-potensi diri dari orang yang menjabatnya, sehingga setiap orang yang memegang pekerjaan yang dijabatanya, dan kemudian mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya, mengembangkan potensi dirinya, lingkungannnya, serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menunjang pekerjaan yang sedang dijabatnya. Dan jika kita berbicara tentang perkembangan karier maka tidak terlepas dari banyaknya permasalahan-permasalahan yang kita jumpai dalam psoses perkembangan karier seseorang. Baik itu dari dalam diri maupun dari luar diri individu itu.
            Adapun permasalahan individu yang berhubungan dengan perkembangan kariernya diantaranya sebagai berikut ;
1.      Hambatan-hambatan yang ada dalam diri sendiri atau di luar individu untuk merencanakan  masa depan.
2.      Siswa tamatan SMA atau SMP  umumnya tidak melanjutkan pendidikannya karena suatu sebab yang tidak dapat di hindarkan misalnya karena ketidakkemampuan dalam bidang ekonomi,  sehingga kariernya berpatokan pada pendidikan. Contohnya banyak anak yang ingin sekolah tinggi agar bisa  bekerja sesuai dengan kemauannya, tetapi orang tua tidak mampu dalam masalah pembiayaan.
3.      Kurangnya pemahaman individu untuk mengetahui dan memahami potensi, kemampuan, minat, bakat dan cita-citanya untuk mengembangkan karier masa depannya.
4.      Pendidikan yang rendah mengakibatkan individu kurang termotivasi untuk berkarier


BAB III
ISU-ISU TENTANG PERKEMBANGAN KARIER
            Bagi kebanyakan orang, pekerjaan merupakan bagian vital dari keberfungsian secara psikologis. Suatu pekerjaan biasanya memiliki dampak  pada kesehatan fisik dan mental  serta pada hubungan-hubungan sosial. Sebaliknya masalah-masalah di luar tempat kerja mempengaruhi produktifitas dan kepuasan seseorang dalam pekerjaan. Akibatnya, para terapis dan profesional-frofesional bantuan lainnya sering menemukan bahwa banyak masalah konseli disebabkan oleh kesulitan dalam pengambilan keputusan karier atau dalam mendapatkan pekerjaan. Begitu pula, para spesialis kariernya dihalangi oleh masalah-masalah psikologis. Teori perkembangan karir juga memiliki implikasi terhadap sejumlah isu-isu dalam perkembangan karier.
            Selain itu isu-isu penting dalam perkembangan karier adalah ketidak profesional pelaku karier, dalam arti banyak pekerjaan yang digeluti tidak sesuai dengan keahlian dan pengetahuan dalam bidang-bidangnya masing-masing. Contohnya sarjana yang jadi tukang becak, banyak sarjana yang diremehkan kemampuannya dalam pengetahuan dan kertampilan sehingga tidak mampu bekerja dengan optimal. Kemudian, kesalahpahaman yang timbul adalah berpendidikan tinggi tetapi tidak memiliki pekerjaan, seperti banyaknya sarjana yang pengangguran.
            Isu-isu penting lainnya seperti anggapan bahwa jika tidak berpendidikan tinggi maka tidak dapat berkarir atau dengan kata lain karier berpatokan pada jenjang pendidikan yang ditempuh seseorang, dan kemajuan dalam dunia kerja sangat tergantung pada pendidikannya. Selain itu juga hal yang bertolak belakang dari anggapan diatas adalah perkerjaan pada saat ini tidak melihat pada pengetahuan dan keahlian seseorang tapi perkerjaan ditentukan oleh oknum tertentu,  hal ini dapat kita lihat pada terjadi KKN. Dan penekanannya adalah pada nepotisme, dimana suatu pekerjaan itu lebih dipentingkan orang-orang terdekat untuk memangku suatu jabatan dengan mengesampingkan pengetahuan dan keahlian yang dituntut oleh suatu bidang pekerjaan . Serta banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan kepribadian dan kemampuan yang dimiliki seseorang.



















BAB IV
TEORI DONALD E. SUPER
4.1  Pandangan Donald E. Super tentang perkembangan karier
Donald E. Super merencanakan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang menyangkut banyak faktor. Faktor-faktor itu untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya, yang semuanya berinterakasi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari kemampuan intelektual dan faktor-faktor di luar individu, seperti taraf kehidupan sosial ekonomi keluarga, tuntutan-tuntutan lingkungan kebudayaan, dan kesempatan-kesempatan yang tersedia. Namun, titik beratnya terletak pada faktor-faktor pada individu sendiri.
Donald E. Super menaruh perhatian pada psikologi diferensial sebagai cabang ilmu psikologi yang mempelajari perbedaan-perbedaan antara individu-individu, antara lain dengan menggunakan alat-alat tes untuk memperoleh data tentang berbagai ciri-ciri kepribadian yang mempunyai kaitan dengan memangku suatu jabatan, seperti kemampuan intelektual, bakat khusus, minat, dan sifat-sifat kepribadian. Dalam hal ini Donald E. Super mengakui sumbangan positif dari teori Trait dan Factor, yang untuk sebagian bergerak dalam psikologi diferensial (differential psychology). Data hasil testing psikologi (meansurement, assessment) memungkinkan untuk memperoleh gambaran agak objektif tentang seseorang dalam perbandingan dengan orang lain (appraisal, evaluation).
Unsur yang mendasar dalam pandangan Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang khas dilakukan dan jabatan yang akan dipangku (vokasional self-concept), yang merupakan sebagian dari keseluruhan gambaran tentang diri sendiri. Data hasil penelitian memberikan indikasi yang kuat bahwa gambaran diri yang vokasional berkembang selama pertumbuhan fisik dan orang-orang yang memegang jabatan tertentu, melalui identifikasi dengan orang-orang dewasa yang sudah bekerja, melalui pengalaman-pengalaman hidup, dan melalui pengaruh yang diterima dari lingkungan hidup. Dengan menyadari kesamaan dan perbedaan di antara diri sendiri dan orang-orang lain, akhirnya terbentuk suatu gambaran diri yang vokasional. Gambaran ini menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan seseorang ke suatu bidang jabatan yang memungkinkan untuk mencapai sukses dan merasa puas (vocational satisfication). Dengan demikian, seseorang mewujudkan gambaran diri dalam suatu bidang jabatan yang paling memungkinkan untuk mengekspresiskan diri sendiri. Misalnya, seorang muda yang memandang dirinya sebagai orang yang berkempuan tinggi, berjiwa mengabdi dan rela mengorbankan dirinya serta dibesarkan dalam keluarga yang telah mencetak beberapa dokter dan memperoleh kesan-kesan positif tentang perkembangan seorang dokter, akhirnya membenruk gambaran diri yang membayangkan dirinya sendiri sebagai seorang dokter, akhirnya membentuk gambaran diri yang mengembangkan dirinya sendiri sebagai dokter yang ulung dan tulen.
4.2  Teori perkembangan karier menurut Donald E. Super
Pada tahun 1950-an, Super bersama sejumlah kolegannya mulai memformulasi teori perkembangan karierinya. Suatu perangkat dengan 10 proposisi mengenai struktur dan sifat pengembangan karier diterbitkan pada tahun 1953. Pada tahun 1957, dilakukan lagi penambahan dua proposisi. Kedua belas proposisi adalah sebgai berikut:
1)        Orang-orang berbeda dalam kemampuan-kemampuan, minat-minat, dan kepribadian-kepribadiannya.
2)        Setiap orang memenuhi syarat, atas dasar sifat-sifat ini, untuk sejumlah okupasi(kedudukan).
3)        Masing-masing okupasi-okupasi ini memerlukan suatu pola khasa mengenai kemampuan-kemampuan, minat-minat, dan sifat-sifat kepribadian, dengan toleransi-toleransi yang cukup luas untuk memungkinkan variasi okupasi-okupasi bagi setiap individu dan variasi individu-individu dalam setiap okupasi.
4)        Preferensi-preferensi dan kompetensi-kompetensi vokasional, situasi-situasi dimana orang hidup dan bekerja, dan karena itu konsep-konsep dirinya, berubah karena waktu dan pengalaman, walaupun konsep-konsep diri pada umumnya agak stabil sejak dari masa remaja akhir hingga masa kematangan akhir, melakukan pilihan dan penyesuaian merupakan proses yang berlangsung terus.
5)        Proses perubahan ini bisa dirangkum dalam suatu rangkaian tahap-tahap kehidupan (atau “maxicyle”) yang dikenal sebagai pertumbuhan, eksplorasi, kemapanan, pemeliharaan, dan kemunduran dan tahap-tahap ini dibagi menjadi (a) fase-fase fantasi, tentatif, dan realistik dari tahap eksploratoris dan (b) fase percobaan dan stabil dari tahap kemapanan.
6)        Sifat dari pola karier yaitu taraf otak okupasional dicapai dan sekuensi, frekuensi, dan lamanya pekerjaan-pekerjaan percobaan dan yang stabil ditentukan oleh taraf sosioekonomik orang tua individu, kemampuan mental, serta sifat-sifat kepribadian, dan oleh kesempatan-kesempatan yang terbuka.
7)        Perkembangan melalui tahap-tahap kehidupan dapat dibimbing, sebagian dengan memudahkan pematangan kemampuan-kemampuan minat-minat serta sebagian dengan membantunya dalam testing realitas dan dalam pengambilan konsep-konsep diri.
8)        Proses perkembangan karier pada hakikatnya adalah perkembangan dan implementasi konsep-konsep diri; merupakan suatu proses melakukan sintesis dan kompromi dimana konsep diri adalah produk dari interaksi bakat-bakat bawaan, keadaan tubuh, kesempatan memainkan berbagai peranan,  dan evaluasi-evaluasi mengenai tingkat dimana hasil-hasil peranan yang dimainkan mendapat persetujuan dari atasan-atasan dan kawan-kawan.
9)        Proses melakukan sintesis atau kompromi antara faktor-faktor individual dan sosial, antara konsep diri dan realitas, adalah salah satu dari permainan peranan, baik peranan itu dimainkan dalam fantasi, dalam wawancara konseling, maupun dalam aktivitas-aktivitas kehidupan nyata seperti kelas-kelas, klub-klub, kerja sambilan dan sebagainya.
10)    Kepuasan-kepuasan kerja dan kepuasan-kepuasan hidup tergantung pada tingkat di mana individu menemukan jalan-jalan keluar yang memadai bagi kemampuan-kemampuan, minat-minat, sifat-sifat kepribadian, dan nilai-nilai; ini tergantung pada kemapanan dalam tipe pekerjaan, situasi kerja dan cara hidup dimana orang dapat memainkan jenis peranan berdasarkan pengalaman-pengalaman, pertumbuhan dan eksploratoris sehingga yang bersangkutan memandangnya cocok dan pantas.
11)    Taraf kepuasan yang orang-orang peroleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat di mana mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep-konsep dirinya.
12)    Pekerjaan dan okupasi menyediakan suatu fokus untuk organisasi kepribadian kebanyakan pria dan banyak wanita, walaupun bagi beberapa orang fokus ini merupakan kulit luar, insidental, atau bahkan tidak ada, dan fokus-fokus lain, seperti aktivitas-aktivitas waktu luang dan ibu rumah tangga, merupakan hal yang sentral.
4.3  Konsep-konsep umum teori Donald E. Super
Untuk menyusun teori perkembangan jabatan Donald E.Super mengemukakan konsep-konsep umum sebagai berikut :
(a)      Perbedaan-perbedaan individu (individual differences). Tiap-tiap orang memiliki perbedaan individual, ini telah secara luas diterima oleh psikologi vokasional dan pendidikan dewasa ini. Rintangan ciri-ciri kepribadian yang demikian luasnya baik yang terdapat dalam ciri-ciri kepribadian yang demikian luasnya baik yang terdapat dalam diri individu itu sendiri maupun anatarindividu.
(b)     Pola-pola kemampuan kerja ( Occupational ability pattern). Setiap individu akan menemukan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan pola-pola kepribadiannya.
(c)      Pola identifikasi dan peranan model yang diperoleh ( Identification and the role of models). Peranan orang tau serta orang dewasa memilki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk arah minat jabatan dan konsep diri anak.
(d)     Tingkatan-tingkatan kehidupan ( Life stage ). Tingkatan-tingkatan kehidupan mempengaruhi arah pilih jabatan dan penyesuaian diri pada setiap individu.
(e)      Kontiutas penyesuaian ( Continuity of adjustment ). Individu-individu baik remaja maupun pemuda daalam kehidupannya sehari-hari selalu melihat kenyataan sebagai gambaran atau penjelasan proses kompromi antara konsep diri dengan realitas ( kenyataan ).
(f)      Pola karier ( Career patterns ). Pola karier pada seseorang itu terbentuk dari semenjak awal kehidupan individu itu sendiri.
(g)     Perkembangan  dapat dibimbing ( Development can be guided ).
Perkembangan individu yang dilalui sepanjang tahap-tahap atau tingkat-tingkat kehidupan itu dapat dibimbing.
(h)     Pengembangan hasil interaksi ( Development the result of interaction ). Pada hakikatnya interaksi antara individu dengan lingkungannya akan memberikan pekerjaan dan jabatan tertentu.
(i)       Dinamika pola karier ( The dynamics of  career pattents ). Faktor interaksi antara individu dan lingkungan memiliki pengaruh pada dinamika pola karier individu.
Kemampuan kerja : perbedaan individu, status dan peranan ( Job statification: individual differences, status and role ). Kepuasan terhadap suatu pekerjaan atau tugas itu bergantung kepada sejauh mana pekerjaan atau tugas dan pandangan hidup itu dihayati oleh seseorang yang memungkinkan ia dapat melakukan peranan yang diharapkannya.
(j)       Pekerjaan sebagai pandangan hidup ( Work is a way of life ). Dipandang bahwa pekerjaan dan pandangan hidup itu sesuai dengan potensi-potensi, nilai yang dimiliki individu.
4.4  Proses pengembangan karier
Proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu ;
1.    Fase pengembangan (Growth) dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun, di mana anak mengembangkan berbagai potensi, sikap-sikap, minat-minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure),
2.    Fase eksplorasi (Exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun, dimana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat,
3.    Fase pemantapan (Establisment) dari umur 25sampai 44 tahun, yang bercirikan usaha-usaha memantapkan diri melalui pengalaman-pengalaman selama menjalani karier tertentu,
4.    Fase pembinaan (Maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun, dimana orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannyanya,
5.    Fase kemunduran (decline) bila orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya.
Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan kaier. Pada masa-masa tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karier tertentu, yaitu  perencanaan garis besar masa depan  antara 14-18 tahun, yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya; penetuan antara umur 18-24 tahun, yang bercirikan mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memangku jabatan itu; pemantapan antara 24-35 tahun, yang bercirikan membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih; pengakaran sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun, yang bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas. Berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan karier, Super mengembangkan konsep kemantangan vokasiaonal yang menunjuk pada keberhsilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasisonal yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi-indikasi dari kemantangan vokasional adalah, misalnya, kemampuan untuk membuaat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan fator-faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam  membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan. Indikasi-indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada masing-masing tahap perkembangan vokasional, lebih-lebih selama masa remaja dan masa dewasa muda. Dalam rangka meneliti dan menilai kematangan vokasional telah dikembangkan alat tes yang dikenal dengan nama Career Development Inventory, Career Maturity Test, dan Vocational Maturity Test.
Pandangan Super oleh pakar-pakar psikologi Vokasiaonal dinilai sebagai teori yang paling komprehensif dan mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian. Pandangan Super mengandung implikasi-implikasi bagi pendidikan karier dan konseling karier yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasiaonal menjadi pegangan bagi tenaga-tenaga kependidikan dalam merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier, yang membawa orang muda ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja, selaras denagn tahap perkembangan karier tertentu. Denagn kata lain, progaram pendidikan karier dan bimbingan karier di SD, SMP dan SMA harus bertujuan secara berangsur-angsur mengangkat para siswa ke tahap pemahaman diri dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan lebih matang. Dalam konseling karier, bilamana konselor berhadapan seorang konseli, konselor harus memperhatikan taraf kematangan vokasional yang telah dicapai oleh konseli. Misalnya konseli yang berkata “ saya tidak tahu pekerjaan apa yang akan saya pegang dan saya belum berpikir tentang hal ini”, berada ditaraf kematangan vokasional yang lebih rendah daripada konseli yang berkata “ saya ingin mengambil suatu ketentuan, tetapi saya tidak tahu bagaiman caranya membuat pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan”. Kiranya jelas sekali maka cara melayani konseli pertama harus berbeda dengan cara melayani konseli kedua, dalam artian individu itu unik. Dia berbeda dengan individu yang lain. Jadi pemberian bantuan bimbingan juga berbeda.



















BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas , karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan , sifat-sifat kepribadian , serta kemampuan intelektual , dan banyak faktor di luar individu , seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga , variasi tuntutan lingkungan kebudayaan , dan kesempatan/kelonggaran yang muncul. Titik berat dari hal-hal tersebut diatas terletak pada faktor-faktor pada individu sendiri. Unsur yang mendasar dalam pandangan Donald Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang (vocational self-concept) yang merupakan sebagian dari keseluruhan gambaran tentang diri sendiri.
            Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan karier dan konseling karier yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga kependidikan bila merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier , yang membawa orang muda ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja , selaras dengan tahap perkembangan karier tertentu.





5.2  Saran
Diharapkan kepada pembaca agar mampu memilih atau menentukan karir yang sesuai dengan kepribadian, potensi, minat dan bakat yang dimiliki sehingga dapat menjalankan kariernya dengan optimal. Sehingga tidak mengalami masalah dan hambatan dalam berkarier dan mampu menyesuaikan dirinya dengan kariernya. Dan bagi konselor agar dapat  memberi bimbingan tentang karier sesuai dengan kepribadian dan potensi-potensi yang dimiliki oleh konseli (klien). Serta konselor itu diharapkan memiliki kamampuan dan wawasan tentang karier dan profesional dalm bidangnya.






DAFTAR PUSTAKA
Hallen.2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching
Manrihu, Muhammad Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Sarjonoprio . 1982 . Pengembangan Karier .  Jakarta : CV Rajawali.
Sukardi, Dewa Ketut.1989. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: CV Ghalia Indonesia.
Sukardi, Dewa Ketut. 2006. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Konseling  ( study & karier ). Yogyakarta: Andi Offset.
Wijaya, Juhana Suganda. 1984 Bimbingan Karier I untuk SMA. Jakarta: Pustaka Dian.
W. S. Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.